Sinar senja

Posted: Minggu, 01 April 2012 by handokotkj in Label:
2

tanggal 26 maret 2012 14:44 am
 nb : hati rindu damai...

Pada senja yang redup, berhembus semilir angin sepoi
Sejuk nya menerpa  muka menajamkan ingatan lalu
Gambaran pantai yang menenangkan jiwa karena keindahannya
Setiap kesedihan seakan menjadi lega saat dipertemukan dengan pantai  ini

Gulungan ombak berkejaran mengisyaratkan kesukacitaan
Warna senja merona tersinari mentari
Ia seolah mengatakan nikmatilah keindahanku
Bersandarlah,  sejenak  buka  pintu hati keindahanmu

Maka lupakanlah semua beban segunung itu
Lihat ke diri, dia adalah anugrah terbesar
Pancarkan cahayanya yang tanpa batas
Satu hembusan panjang nafas ini, bukti satu kekuatan

Sesuatu yang berat akan terus ada menyertai
Selama hasrat kebesaran diri yang kau inginkan
Karena ujian pasti ada sebagai bukti suatu kelayakan
Itulah yang harus selalu disadari dan dipahami

Someone will go...

Posted: by handokotkj in Label:
2


By : coco han 25’ Maret 2012

"Indah”, nama itu masih saja terngiang di pikiran, tak mengherankan rasanya jika jadinya seperti ini mungkin itu karena kenangan, nama “Indah” begitu terkenang di hati. Sebuah kisah masa lalu yang tercipta oleh perjalanan panjang dan penuh lika-liku problema.

            Fajar tengah menyingsing naik menyinari deretan bukit, memberikan warna dan aroma hijau dedaunan, pagi yang cerah seperti ini selalu memberikan inspirasi hidup untuk selalu ceria dan semangat seperti itulah Koko menjalaninya, seorang anak gunung sederhana yang kini sedang tumbuh menjadi pemuda petualang yang siap menantang peliknya lika-liku kehidupan. Sejak kecil ada saja yang dikerjakannya, naik gunung, memancing, bersepeda, bermain layang-layang, berenang, dan masih banyak yang lainnya. Koko tidak melakukan semua hal yang dilakukannya secara biasa-biasa saja, contoh hal naik gunung, disaat teman-teman sebayanya bermain kelereng atau lompat tali di rumah, dia memilih menelusuri bukit-bukit dan naik gunung bersama sebagian temannya dengan membawa perbekalan sendiri ala para pendaki gunung sungguhan padahal usianya masih sepuluh tahun, begitu juga dengan memancing tempat yang jauhlah yang dituju, yang masih asing dan baru baginya, sepeda yang di pakainya pun tak luput dari perhatian dirubahnya tampilan sepeda itu hingga tak ada seorangpun yang menyamai sepedanya. Koko kecil juga memiliki banyak koleksi bukti kekreatifitasannya di antaranya desain layang-layang hasil rancangannya sendiri, senjata panah ikan yang digunakan berburu ikan, punya busur dan panah buatannya sendiri, kincir air yang gagal tidak bisa menghasilkan listrik, dan masih banyak yang lainnya.

            Dari kesemuanya itu, sepertinya seni telah menjadi jiwanya, lihat saja setiap gambar di balik Cover buku tulisnya, penuh dengan coretan-coretan tangannya pasti sulit menemukan buku-bukunya yang bersih dari gambar-gambar, gambar robot, pesawat ruang angkasa, galaksi, dan planet-planet ada juga monster, ultraman, power rangers salah satu acara TV faforitnya dan gambar-gambar pemandangan. Itu kenangan dimasa merah putihnya, yang masih berlanjut hingga ke jenjang pendidikan berikutnya, hanya saja kini gambar-gambar yang dibuatnya agak sedikit berbeda, dan jumlahnya tidak seperti dulu, jelas sekali disitu tergambar sebuah lukisan hati, dengan  anak panah menancap ditengahnya kemudian lukisan  sesosok wajah seorang perempuan cantik, dengan berhiaskan bunga-bunga. Dan dari menggambar kini lebih banyak tulisan yang dibuatnya, tulisan dan kata-kata penuh dengan pengandaian dengan bait-bait yang membuat siapa saja bila membaca tulisan itu akan tesentuh hatinya, belum lama kebiasaan menulis puisi dan syair itu muncul tepatnya sekitar setahun yang lalu, sejak perkenalannya dengan seorang perempuan kecil, lucu, ceria, dan cantik pindahan dari Jakarta. Dialah “Nur Indah Sari” yang biasa dipanggil “Indah” dan perkenalan diantara keduanya pun terjadi dari mulai saling curi pandang sampai mencari-cari perhatian tergambarkan betapa senangnya Koko waktu itu, sudah jelas rasa suka itu ada di hati tapi seperti itulah Koko yang pemalu tidak tau apa yang harus dilakukan, layaknya seorang anak kecil yang baru bertemu, perkenalan pertama dimulai dengan saling mengejek satu sama lain bagaikan kucing dan anjing tapi setelah sampai di rumah timbul rasa kangen, dan mulai sibuk melamun dan memikirkan ejekan baru untuk keesokan harinya, hanya dengan ejekan cara itulah yang Koko tau agar bisa dekat dengan si Indah, bahkan suatu ketika Indah dibuatnya menangis saat buku tulisnya direbut dari tangan indah dan ketika itu penyesalan yang sangat ada dalam hati Koko, melihatnya menangis telah membuat rasa bersalah ada dalam diri Koko saat itu, bagaimana cara untuk meminta maaf rasanya sulit sekali untuk dilakukannya.

            Namanya Indah, seindah orangnya itulah yang ada dibenak Koko tapi seiring berjalannya waktu nama itu tak seindah kenyataan yang harus dihadapi, pahit sekali rasanya saat suatu hari melihat bangku di kelas samping jendela itu kosong tadinya Indah duduk di situ, saling pandang lewat jendela itu dan kemudian saling melontarkan ejekannya masing-masing. Harus menerima kenyataan yang sulit baru kali ini di dada seolah-olah ada batu keras yang mengganjal, rasanya kecewa ternyata seperti ini bingung harus menggambarkannya dengan apa, harus berbuat apa, saat pertama merasakan senangnaya punya teman baru kini sudah harus berpisah tanpa pamit, tanpa sempat terucap sepatah kata pun. Setidaknya Koko ingin menunjukan rasa kehilangan padanya, tapi tak ada kesempatan untuk itu,  di samping tiang dan di balik jendela sekolah masih terbayangkan wajah Indah yang lucu, kini yang tersisa hanyalah kenangannya, orangnya sudah tiada lagi. Dia telah pergi ke Jakarta kembali berpindah ke rumahnya yang dulu. Malam-malam yang dingin dengan penuh rasa tak mengenakan hanya itu yang dirasakan, menjadi malam yang panjang yang tak tau kapan ujungnya. Hari demi hari berjalan dalam potongan-potongan kecil kenangan tentang “ Indah “ yang menghantui hampir setiap saat sebelum terlelap tidur atau setiap dalam kesendirian.

            Ujian semester akhir sedang dihadapi siswa-siswi di penjuru daerah, tinggal satu hal penting itu yang harus dilewati. lulus dengan hasil nilai yang bagus membuat Koko tersenyum, tidak disangka jika kembali membayangkan yang dulu masih kecil, ceria, bermain kesana-kemari, tertawa lepas bebas bagai burung di angkasa indahnya masa-masa saat itu. Hampir tak terasa ternyata itu semua adalah kenangan delapan tahun yang lalu, itu adalah memory yang indah dan pasti perlu tarikan nafas panjang dengan perasaan yang dalam saat ingatan tentang indah ikut terbawa ke dalam gambaran masa lalu. Selama bertahun-tahun lamanya ternyata kenangan itu tak pernah memudar, namun hidup harus terus berjalan tak akan menunggu dan memberikan toleransinya tak peduli apa kita sedang sakit, menderita ataupun bahagia waktu tidak bisa ditahan bahkan untuk sejenak saja. Jika sakit dan derita  yang sedang dialami mencobalah untuk lebih bersyukur atas apa yang masih di miliki dan semoga dengan itu kesakitan yang tadinya dirasa perlahan berubah menjadi kebahagian dan saat kebahagiaan telah ada tetapkan untuk lebih bersyukur maka kebahagiaan akan terasa menjadi semakin indah, rasa syukur mengingatkan saat sedang sakit untuk kuatlah lebih lama lagi, begitulah cara pandang Koko dalam bersikap dan itulah yang menjadikannya seperti sekarang ini. 

            Sudah saatnya memilih jalan hidup sendiri enam bulan sejak kelulusan sekolah, hampir semua teman-teman seangkatan sudah mendapat pekerjaan di kota, di Jakarta khususnya menjadi karyawan PT adalah pilihan utama dan merupakan suatu kebanggan anak-anak lulusan sekolah menengah kejuruan, walau ada juga sebagian yang melanjutkan untuk kuliah, kenyataannya saat ini Koko harus berjuang sendiri setelah enam bulan baru mendapatkan pekerjaan pertamanya dan menganggur tiga bulan sebelumnya untuk mencari dan melamar-lamar dari satu pintu PT ke pintu PT yang lainnya, betapa beratnya harus hidup dari menumpang di sebuah kontrakan ukuran tiga kali enam meter dengan penuh beban hutang dan beban mental. Sebuah harapan baru setelah kesusahan, kini angin segar telah menghampiri menjawab do’a yang telah lama dipanjatan sejak enam bulan yang lalu. Berkarir menjadi seorang karyawan dengan kedisiplinannya menyadarkan bahwa waktu menjadi sangat penting, yang ada hanya bekerja dan bekerja hampir tak terpikirkan akan hal lainnya, di situlah mulai timul pertentangan apakah hidup ini akan berjalan monoton seperti yang dijalani sekarang ini. Tak disangka sebuah kejutan  muncul dari sisi kehidupan yang lain, setelah bergabung dengan komunitas group di Facebook yang anggotanya khusus orang-orang satu desa waktu itu, secara kebetulan membawa perkenalan dengan salah seorang yang ternyata adalah saudara dari Indah, di akhir perkenalan itu nomer Handphone Indah telah tercatat di phonebook . seketika detakan jantung terasa mengancang semakin kencang pikiran pun melambung tinggi menggapai asa, gugup mungkin gelisah yang terjadi sebuah perasaan tak menentu entah ini suatu hal yang tidak penting atau suatu hal yang memang sedang dinanti-nanti sekian lama, delapan tahun bukan ukuran waktu yang pendek  jika ini adalah hal yang tidak penting pasti sudah terlupakan sejak dulu. 

            Perlahan dan pasti akhirnya terjadi sebuah pertemuan ini seperti perkenalan kedua setelah perkenalan di desa dulu, masih saja ingat kenangan masa-masa itu,  membicarakan betapa lucunya lembaran-lembaran cerita di masa lalu ketika dibuka kembali. Rasa malu hingga tertawa yang mengiringi, bunga-bunga yang ditanam di hati sudah lama sekali tidak terlihat kuncupnya tapi kini embun menyejukan telah turun memberikan rintik airnya ke padang bunga di hati, hingga menumbuhkan dan mulai memekarkan kembali bunga-bunga indah. Indah telah tumbuh menjadi dewasa dia tidak lagi kecil dan mungil tapi cantik dan mempesona sifat cerianya yang kekanak-kanakan masih seringkali terlihat, bertemu dalam kedekatan jarak di satu kota sungguh suatu kenyataan yang menyenangkan. Terlintas di fikiran untuk menayakan sesuatu yang lebih serius yang seharusnya dikatakan sejak awal-awal pertemuan, tentang apakah Indah sudah memiliki seseorang yang sepesial di hatinya, namun pertanyaan itu tidak pernah diucapkan. Entah sampai kapan kedekatan yang dirasa itu berjalan, tidak terfikirkan sedikitpun akan ada ujung dari kedekatan ini di hati sangat yakin hubungan seperti ini akan berlanjut terus dan hanya kebahagiaanlah yang ada. Di suatu senja pertemuan yang ketiga Indah terlihat murung, cerianya tak nampak seperti biasa hanya menjawab pertanyaan dengan bahasa isyarat, dengan anggukan kepalanya dan sepatah dua patah kata saja, tak banyak perbincangan hari itu.

            Kedekatan yang terjalin tidak secara face to face telah berjalan cukup lama sejak pertemuan pertama sampai yang ketiga dan selebihnya lebih banyak dilakukan lewat telefon dan SMS sesekali lewat Facebook, akhir-akhir ini terlihat ada sesuatu yang disembunyikan Indah, sesuatu yang tidak ingin diketahui sesuatu yang membuat hati bertanya-tanya namun selalu pertanyaan di hati itu selalu dapat ditepiskan, hingga beberapa hari berlalu dan mulai timbul adanya  jarak pemisah yang begitu jelas. Pesan singkat yang ditulis malam itu adalah kejelasan dari semua kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, Indah akan menikah tanggal 15 bulan ini,  kata maafnya begitu jelas teringat dan ucapan terimakasih telah bersedia menjadi seseorang yang sepesial di hatinya isyarat tidak sanggup mengakhiri kedekatan itu tapi tidak ingin melanjutkan kelukaan yang lebih lagi jika terus dibiarkan tumbuh bersemi, itulah kata-kata terakhirnya. Malam itu terasa begitu lama dan menjadi sunyi bintang-bintang yang nampak menari-nari tidak mampu menghibur nafas dalam dengan mata terpejam hanya itu yang bisa dilakukan, dimana kebahagian itu kemana perginya.

            “Indah” adalah suatu misteri saat tidak diketahui keberadaannya, dia memberikan harapan, memberikan bumbu rasa tersendiri dalam kehidupan yang gelap, akhir penantiaan yang panjang kini telah menemukan ujungnya, tidak ada lagi pertanyaan, keresahan, dan kegalauan seperti yang dulu , ketidakjelasan itu kini telah menjadi pasti. “Indah” kini sudah ditemukan dia hadir dan nyata bahkan sempat dekat dan menumbuhkan kembali benih-benih yang dulu. Namun saat ditemukannya Indah bersamaan dengan itu pulalah saatnya untuk menyadari bahwa kini adalah saat untuk meninggalkannya, melepasnya dari ikatan hati yang telah berumur delapan tahun lamanya, bertambah lagi kini satu ilmu yang rasanya pahit namun pasti akan membawa pada kebesaran diri yaitu Ikhlas, tidak berhenti berharap begitu saja saat sesuatu yang tidak mungkin datang  melanda dan saat sesuatu yang di impi-impikan itu telah datang maka bersiaplah untuk menerima kenyataan jika harus kehilangannya.