Ibu jangan menangis

Posted: Jumat, 25 Maret 2011 by handokotkj in Label:
1


By : coco stemzago
Lembut belaian kasihmu tak ada duanya di dunia ini, kehangatan yang kau berikan sungguh mampu mendamaikan hati, kau adalah malaikat penjaga di saat kuncup-kuncup bunga terlahir ke dunia ini, kau curahkan kasih sayang sepenuhnya milikmu, merawat dan mengajari hingga tumbuh menjadi permata kehidupan, permata yang bersinar hingga ke langit, kasihmu sepanjang jalan, cintamu abadi, senyummu adalah embun pagi yang menyejukan, dunia ini tak bersemi jika tak ada hadirmu diantaranya.
Asalamu’alaikum bu’ berangkat dulu….”
Eee… cium tangannya mana…?”
Oiya… mmmmucah…”
sudah punya uang saku nak’…”
sudah bu’… sisa yg kemaren masih ada…” kataku sambil berlari mengejar teman-teman yang hendak berangkat sekolah. Kehidupanku penuh dengan kasih sayang dan keceriaan setiap hari selalu dalam tawa keceriaan belajar dan bermain itulah fase hidup yang sedang kujalani kini. Setiap pulang sekolah telah tersedia pakaian ganti dan makanan khusus yang istimewa untukku bahkan setiap saat makan selalu istimewa, pernah suatu ketika saat ekonomi kami sedang dalam masa-masa kritis hanya sekedar membeli beras pun tak sanggup, kami punya kebun singkong di pekarangan rumah, sebagai ganti dari nasi jadilah singkong dibuat menjadi oyek, oyek kami menyebutnya seperti itu’ nasi dari singkong, ibu tau jika aku tidak menyukai oyek, dan pasti aku tak akan memakan makanan itu. Tanpa sepengetahuanku ibu meminta nasi barang sepiring kepada tetangga ituah yang selalu ibu lakukan jika persedian beras sedang habis, sebagai rasa terimaksih ibu kepada tetangga jika ibu membuat kue ibu menyisakan kue untuk dibagi ke tetangga, semua itu diakukan ibu dengan tulus hanya untukku. Tak jauh berbeda dengan nasinya lauk tempe goreng yang hanya ada dua potong itu pun diberikannya satu untukku dan satunya lagi untuk ayah ibu hanya cukup makan dengan oyek dan lauk ampas yaitu parutan kelapa yang dibubuhi garam. Apapun dilakukan Ibu dan Ayah agar roda kehidupan kami tetap berjalan, Ayah hampir setiap hari pulang larut malam pekerjaanya adalah membuat cobek dari batu kali, setiap hari ayah bisa menghasilkan Lima belas cobek, jika harganya sedang normal satu cobek dihargai Seribu Limaratus per buah, sementara ibu juga jarang di rumah ibu sering menjadi buruh pemetik padi, pemetik buah melinjo dan buruh pencabut rumput di kebun tetangga apapun yang dapat menghasilkan uang ibu bersedia mengerjakannya hanya sekedar untuk membantu ekonomi keluarga. Jelas setiap malam hari adalah waktunya istirahat, baik ayah maupun ibu pasti kelelahan seharian bekerja, memijat tangan ibu itulah yang kuakukan jika waktu malam tiba kemudian dilanjutkan dengan memijat punggung ayah, biasanya sebelum beranjak ketempat tidur kami bercengkrama sebentar di ruang tamu, dan akhirnya seluruh ruangan rumah menjadi gelap gulita untuk menghemat tagihan listrik semua lampu dimatikan.
bu’ tipasin aku kegerahan…, bu besok aku mau dibeliin buku gambar ya..”
iya… nak,,,”
yang warnanya merah…, yang ada gambar robotnya…”
Setiap malam selimut kasih sayangnya selalu menghangatkan tidurku mengantarku hingga jauh ke negeri kapuk dengan tenang dan damai, di elus-elusnya keningku hingga ku terlelap dengan sendirinya, mengiyakan semua permintaan yang ku terkesan rewel minta ini itu semauku, kadang aku marah pada ibu karena tidak mengabulkan salah satu permintaanku padahal jelas-jelas ibu sudah berkata iya’ padaku.
Akhir-akhir ini ibu lebih sering merenung berdiam diri, anak keduanya satu-satunya anak perempuan ibu akan segera melakukan pernikahan, dua minggu lagi menikah dengan orang jauh berbeda provinsi, istri pasti akan mengkuti jejak suaminya tinggal bersama sang suami yang jauh disana. setelah kakak pertamaku yang merantau dan juga menikah dengan orang jauh. ibu selalu merindukan anak-anaknya dari enam anaknya semuanya telah merantau kecuali aku yang masih tinggal bersamanya, hampir hanya satu tahun sekali kami saling berjumpa yaitu dalam suasana lebaran, saat idul fitri adalah hari sangat membahagiakan untuk ibu terlihat jelas raut wajahnya yang cerah saat berkumpul dengan para buah hatinya. Ibu akan menyuguhkan banyak sekali makanan dan kue-kue buatannya sendiri di hari istimewa itu, akan melayani para buah hatinya bagaikan si mbok melayani majikannya. Tapi menunggu saat itu masih lama walau hanya sekedar dibayangkan ibu, masih Enam buan lagi. Kadang ibu menerima pesanan membuat kue, ibu jago jika membuat kue dan setiap kali akan membuat kue maka aku akan hadir di situ untuk menjadi orang pertama yang mencicipinya, dan tentu juga membantunya tidak Cuma membuat kue saat memasak pun aku ada untuk membantunya, makanya aku bisa membuat kue, memasak, merajut dan melakukan hal-hal lainnya yang biasa dikerjakan oleh perempuan,
ibu kenapa, ibu menangis…?”
ibu tak menangis nak’…”
ayo lanjutin bikin kue’nya.., itu daun pisangnya dilappin …”
ibu… baca surat dari siapa…?”
bukan apa-apa,… tolong masukkin kepanci kue pipisnya nak…’”
Jelas kulihat kelopak matanya dipenuhi genangan air mata, apa namanya itu jika bukan menangis hatiku trenyuh sekali jika melihat seseorang menangis apa lagi itu ibuku sendiri aku seolah ingin menangis bersamanya. Kulihat surat itu di atas meja ruang tamu apa kiranya yang membuat ibu menangis semkin penasaran ku diabuatnya pelan-pelan ku buka amplop putih Air Mail itu, ku lihat isinya dengan seksama satu-satu ku eja Jombang, 12 Juli 2007 surat ini dari kak’ Rodo kakak pertamaku, di surat tertulis ananda Rodo lebaran tahun ini tidak bisa pulang karena istrinya tengah mengandung Delapan Bulan kwatir jika nanti terjadi apa-apa di perjalanan, kakak minta maaf tidak dapat berkumpul bersama keluarga saat lebaran nanti mungkin baru bisa bersilaturahmi setelah istrinya itu melahirkan sehabis lebaran. Aku mengerti kesedihan-kesedihan yang membuat ibu menangis, umur ibu kini memasuki Lima puluh Lima tahun aku semakin mengerti yang orang tua butuhkan kini bukan segenggam emas yang kau berikan untuk menukar kebahagiaan bukan sekoper uang untuk membahagiakan ibu, atau segudang materi. Seorang ibu akan sangat merindukan kehadiran putra-putrinya di usia tua, memberikannya kasih sayang yang tulus sebagaimana seorang ibu menyayangi buah hatinya diwaktu kecil, ibu tua menginginkan perhatian dan cinta disaat raga mereka terasa lemah dan tak berdaya lagi.
Lulus dari sekolah menengah kejuruan membuatku harus segera bekerja di sebuah perusahaan atau PT, lulusan SMK sudah dicetak khusus untuk bekerja, berbeda dengan SMU yang setelah lulus dilanjutkan dengan kuliah di Universitas, keinginanku masuk ke SMU tertahan karena jelas keluargaku tak akan mampu membiayaiku jika harus kuliah. setelah melewati Tiga tahun kelulusan pasti akan sulit mencari pekerjaan kembali di PT, untuk itu harus dengan segera mendaftar bekerja di PT, namanya juga PT kerja keras menggunakan segenap kekuatan fisik itu yang di unggulkan, sering kami yang menjadi karyawan PT disebut sebagai kuli. Yang masa kerjanya menggunakan system kontrak saat ini hampir tidak mungkin untuk dapat diangkat menjadi karyawan tetap sebuah perusahaan, itulah kenyataan pahit yang harus dihadapi para lulusan SMK, bisa dihitung saat usia melebihi Dua puluh enam tahun perusahaan akan menolak untuk menerima sebagai karyawan lagi. Nasib sebenarnya dimulai dari sini banyak yang menganggur, sebagian ada yang berwirausaha seadanya atau yang lebih cerdas adalah mereka yang menabung di waktu menjadi karyawan dan setelah tiba masa tak produktif lagi di PT mereka membuka sebuah usaha dari hasil tabungan tersebut. Ya tapi itupun tak banyak yang melakukannya terkadang hanya orang-orang yang benar-benar pintar dalam memanajemen keungan yang bisa. Bekerja jauh dari keluarga jauh dari ibu membuat hatiku tak tenang sepenuhnya dimalam-malam sendiri terbayang akan senyuman ibu yang penuh dengan kasih sayang itu,
bu… sedang apa kau kini di kampung…?”
baik-baik… selalu ibu, aku menyayangimu…”
aku akan segera pulang… membawakan oleh-oleh wingko babat kesukaan ibu…”
Saat ku terbayang wajahnya yang selalu cerah diwaktu berjumpa denganku, diliputi kerutan-kerutan keningnya dihiasi senyuman lebar lesung pipi yang bulat dan sentuhan lembut akan semakin bertambah kangenku dengan ibu, ku khwatir saat ini ibu sedang menangis Sembilan bulan lamanya kita tak berjumpa.
Umur semakin matang saja, kontrak Satu tahunku telah habis, apa boleh buat untuk sementara ini ku tinggal di rumah sambil menunggu panggilan dari perusahaan lain yang kemungkinan bersedia menerima surat lamaran yang telah kukirim sebelumnya, kini di rumah ada aku bapak dan ibu seperti kembali ke masa dulu saja sebelum ku pergi merantau, ibu masih saja sering memanjakan aku, kini ibu lebih sering membicarakan masalah-masalah kehidupan denganku mungkin karena sekarang usiaku sudah dianggap dewasa,
nak’… menikahlah dengan orang satu desa sini ya…”
ah’… belum terpikirkan olehku bu….”
nak’ kan tau semua saudaramu satu-persatu telah menjadi orang jauh…ibu tak ingin ditinggal lagi….”
hmm… iya insyaAlloh bu’…”
kamu tak kasihan sama ibu… nanti siapa yang mengurusi ibu disini….”
Tak banyak kata, ku alihkan perhatian ibu dengan topik lainnya “jangan ada kesedihan lagi bu…aku tak sanggup jika harus melihat ibu meneteskan air mata lagi” panggilan dari PT tak kunjunga datang sudah Tiga bulan lamanya, aku tak bisa seperti ini terus segera mencari pekerjaan baru itu yang harus kulakukan menganggur di kampung tanpa penghasilan hanya akan menjadi beban, sementara kini fisik ayah sudah mulai lemah dan sering sakit-sakitan sudah tak mampu lagi membuat cobek. Batinku semakin tak enak saja untuk berlama-lama membebani mereka. Aku punya seorang sahabat Nanang namanya yang memberikan informasi tentang sebuah pekerjaan yang gajinya hampir Lima kali lipat pekerjaan di PT, terang saja ku bersemangat menanggapi hal itu. Ku benar-benar tertarik ingin sekali mengambil pekerjaan itu jika sebesar itu gaji yang aku peroleh Lima tahun saja ku bisa membangun toko atau tempat usaha dari tabungan penghasilan pekerjaan itu. Segera lewat SMS ku Tanya saja dengan semangat.
bagaimana Nang… dengan pekerjaan yg kemaren…”
kamu berminat pa…?”
sangat berminat….”
kalo kamu berminat segera ku uruskan Pasportnya, nanti masalah biaya dipotong gaji…”
lho emang pekerjaannya dimana…?”
Di korea sana…. Bagaimana…?”
owh… di luar negeri tho…., ya nanti aku kabari lagi. Trimakasih sebelumnya Nang….”
Berpikir habis-habisan ku setelah SMS malam itu, ku harus Tanya Ayah juga ibu dan mendapat persetujuannya sebelum akhirnya ku ambil keputusan. Keadaan ibu kini sudah membaik sebelumnya ibu menginap tiga hari di Puskesmas karena terkena typus sekarang sudah bias beraktifitas seperti biasa.
bagaimana nak…jadi berangkat…?”
jadi bu… insyaAlloh minggu depan…ibu jangan khwatir ya nanti kan ada bibi yang nemenin ibu dirumah,,,”
ibu takut tak bisa berjumpa denganmu lagi nak’…”
hust….??? Ibu….. ibu kan maih sehat-sehat saja…tak akan terjadi apa-apa… ”
Dari kecil hingga kini ku dewasa ibu selalu menuruti permintaanku dan tak melarang apa kemauanku bahkan untuk yang ini, aku akan ke luar negeri selama Lima tahun dan selama itu aku tak akan berjumpa dengan ibu, Berat sekali meninggalkan ibu, sekali lagi tetesan airmata ibu yang berharga itu menetes dipundakku dan membasahi pipiku dirangkulnya ku erat-erat.”ibu… sudahlah… aku akan kembali pulang untuk ibu…”.
Satu minggu meginap di tempat penampungan TKI di Jakarta kemudian hari ini saatnya berkemas mempersiapkan segala sesuatu keperluan-keperluan yang dibutuhkan nanti. Sore sampai dibandara rencananya jam Empat ini berangkat meninggalkan Indonesia, tapi jadwal penerbangan tertunda hingga nanti jam Lima, pukul Empat lima puluh kuangkat ransel menuju pesawat keberangkatan selang beberapa langkah Handphoneku berbunyi telepon dari rumah,
ibu di rumah sakit…. Typusnya kambuh lagi…”
di rumah sakit…??? Apa penyakitnya sudah parah….:???”
sudah Dua hari yang lalu…. Baru saja dirujuk dari puskesmas…ibu nyebut-nyebut nama kamu terus…”
sekarang bagaimana keadannya… ??? aku ingin bicara bias ga…???”
bisa… ibu memang ingin bicara dari kemarin….”
ibu… ibu…. Bagaimana keadaan ibu…..???”
nak…. Pulang nak….”
Hanya itu kata terakhirnya, suranya merintih dan ibu terdengar gemetar. Sementara panggilan untuk penumpang segera memasuki pesawat akan segera berangkat telah diserukan lewat microphone bandara. Memejamkan mata ku renungi apa yang harus kulakukan kini…
ibu aku menyayangimu…”
Tak berpikir panjang lagi tak akan kutorehkan sejarah yang akan membuatku menyesal seumur hidupku kelak. Pukul Enam di terminal…
Pak’ satu tiket ke Kebumen Jawa tengah….”
Sabtu, 4 september 2010


Indah Isolabianco

Posted: Kamis, 24 Maret 2011 by handokotkj in Label:
0


Oleh : coco stemzago
"Masa lalu ... yang begitu indah tuk dikenang ,,, saat kita berlarian tertawa, tersenyum penuh keceriaan bersama... di bukit ilalang ditemani angin sepoi-sepoi dan bunyi desis pohon pinus, saat itulah awal kisah kita dimulai,
"hingga kini kisah ini telah terpisah Delapan tahun lamanya, semenjak itu kita tak pernah bertemu kembali....
Perbukitan desa pagi ini tengah diselimuti embun tebal yang perlahan menjauh terusir angin lembah, segera tergantikan cerahnya udara bening mulailah bukit-bukit itu bermandikan cahaya mentari yang menghangatkan. Hari minggu yang menyenangkan remaja putra maupun putri tengah menikmati suasana indah minggu ini, setelah merampungkan tanggungjawab masing-masing mencuci, menyapu halaman dan pekerjaan-pekerjaan kecil dalam rumah maka kami telah bebas dari tanggungan bebas bermain bak merpati lepas dari sangkarnya kemanapun berkehendak untuk terbang. Naik bukit adalah kegiatan nomor satu yang menjadi faforit, keindahan desa begitu nyata saat dilihat dari atas bukit. beramai-ramai, bercanda ria tertawa sudah menjadi kebiasaan, masa-masa itu terlintas kembali dalam fikirku masih teringat jelas gambaran tentang dirinya, disaat tarian ilalang berayun berombak tersnyum bahagia ku memandangmu bermain bunga-bunga ilalang berterbangan alangkah cerianya kau waktu itu, tersenyum tersipu kau melihatku yang mengamatimu asyik bermain, maafkan aku karena itu’ hasratku ingin sekali menghampirimu tetapi aku terlalu pemalu untuk menemanimu bermain berbagi kesenangan bersamamu.
Itulah saat pertama ku mengenal dirimu, Nur’ anak baru pindahan dari Jakarta seorang putri cantik jelita dengan senyum tersipu yang khas, gadis yang pemalu mungkin karena ini adalah lingkungan baru baginya, aku ingin mengenalnya lebih jauh namun itu masih tertahankan benteng sifat malu yang kupunyai, satu tempat mengaji di musholla pak’ Kirno dan satu sekolahan bersamanya telah membuka kesempatan untuk mengenalnya, aku kelas lima sedangkan dia kelas empat. Apa yang aku lakukan sangat berkebalikan tak tau bagaimana cara brkenalan yang baik, jendela ruangan kelas empat tak berkaca dan ia duduk di sebelah jendela itu setiap pagi ku berjalan sembari melongok arah jendela, matanya begitu tajam menatapku menarikku dalam diam mnciptakan degupan jantung yang tiada henti memompa kencang, disusul senyuman kecil di bibir merah mu, kau membuatku mencair bagaikan es…
Hey’ boncelll…!!!” Apa dia bilang? Boncel..? itukah sebutan yang kau berikan untukku,
heh… apa jelek,,,”
uuu… dasar boncelll,”
jelek…”
Dari jendela itulah perkenalan dimulai, setiap hari ku menghampiri jendela yang tak berkaca itu hanya sekedar untuk ejek-ejekan dengannya, pernah suatu ketika aku dan teman-teman menjahilinya hingga sampai-sampai membuat Pak Tasis guru kelas kami geram buku catatan milik Nur kita rebut sontak nur merengek-rengek menangis dan mengadu kepada Pak Guru, sulutan kemarahan Pak Tasis mengenai teman-temanku, tapi tidak denganku entah kenapa saat teman-temanku dipanggil kekantor berdiri satu-satu dan diintrogasi Nur tak menyebutkan namaku dalam deretan daftar anak yang menjahilinya, sejak hari itu hanya senyuman kecil yang tertoreh saat terjadi perjumpaan tak ada lagi ejek-ejekan, aku pun malu rasanya malu dengan diri sendiri dan malu denganmu kau sungguh baik, saling curi pandang adalah satu-satunya cara melepaskan rasa penasaran satu sama lain. Hampir Sembilan bulan lamanya kisah ini, di suatu pagi yang cerah hari yang penuh tanda tanya, Selasa yang cerah rasa dalam dadaku tetap berangan hari ini aku akan melihat keindahan senyum dirinya, saat istirahat seperti biasa ku lewat samping jendela itu dengan langkah-langkah pelan mempersiapkan sebuah senyum kecil yang manis untuknya, “Apa kosong… huft,, aku kecewa sekali lagi ku lewat situ siapa tau dia sedang ke belakang dan kini sudah kembali, dihari itu berkali-kali ku lewat jendela tak berkaca itu, dirinya tak pernah ada di situ lagi. Hingga saat pulang sekolah ku tunggu di depan jendela tak berkaca itu sambil bersandar, ia tak ada juga kini rasa penasaran diikuti keingintauan ku bercampur dan kini menjelma menjadi sebuah kegelisahan. Sehari sebelumnya Wigi teman sekelasku yang juga tetangganya Nur menemuiku menyampaikan sebuah permintaan dari Nur,
Ko’ si Nur minta foto kamu…”
foto buat apa Gi…”
aku gak tau Ko.., aku cuma nyampein pesen darinya aja..”
aku gak ada foto Gi…”
owh ya udah, yang penting aku udah sampein pesennya… “
Perbincangan ku dengan Wigi hari itulah yang mejadikan aku gelisah hari ini, anak-anak telah berlarian keluar kelas dengan gembira bersiap kembali ke rumah dengan semangat, Wigi datang menghampiriku yang sedari tadi bersandar di tiang depan jendela tak berkaca itu,
Belum balik Ko…?’
Belum Gi, eh Gi… ko si Nur ga kelihatan hari ini, kemana? Tau ga?”
Owh’ kamu belum tau ya Ko” dia udah berangkat ke Jakarta kemarin sore”
Berangkat? Ke Jakarta…?”
iya sebelum dia minta foto kamu kemaren, sorenya dia dijemput bapaknya…”
Petir disiang hari itu telah memporak-porandakan perasaanku, belum bisa kuterima tak bisa kupercaya keadaan ini, tapi entah mau dikata inilah kenyataannya. Hari itu adalah hari yang menorehkan catatan kenangan terburuk dalam sejarah masa seragam merah putihku.
Beberapa tahun berlalu, tepatnya Delapan tahun terlewati kini ku sedang menikmati angin semilir di bukit ilalang dengan bunga-bunga yang seperti kapas berterbangan berarak jauh ke awan, ini tempat dulu pertama kali pertemuan ku dengannya. Tak pernah ada pertemuan lagi sejak waktu itu, namun kenangannya masih terukir jelas di hatiku . Mas Ratno salah satu saudara dari keluarganya Nur di desa, bercerita jika kerabatnya di Jakarta akan mengadakan resepsi pernikahan, perbincanganku dengan mz’ Ratro berlanjut hingga aku banyak bertanya tentang Nur. Dari perbincangan itulah angin segar mulai berhembus, “coba tanya sama si Jumi ini nomornya, kayaknya dia tau nomor Hp Nur… ”. sudah ku tanya Jumi hari itu juga dan kudapat sebuah nomor Handphone’nya Nur dari Jumi “ tapi coba miscall dulu ya.., aku gak tau apakah masih aktif, soalnya sudah lama sekali no itu..”. malam itu juga dengan hati deg-degan, penuh harap dan tanya mulai ku kirim SMS.
Asalamu’alaikum… maaf apa benar ini nomernya Nur??? ”
Tak ada jawaban untuk beberapa waktu, tetap ku menunggu hingga setengah jam berlalu Handphone ku berbunyi,
Wass… nur siapa?”
kamu Nur Indah Sari kan…?”
emang kmu spa..???”
ini Koko temen kamu waktu di Kebumen…”
Koko siapa..? bentar dlu ni no mama, sms ke no ku ja 0898546342.. ”
Koko temen ngaji dulu temen sekolah juga waktu SD”
aku ga tau siapa kamu…”
Dengan segala upaya ku jelaskan bagaimana kenangan –kenangan yang dulu pernah dilalui bersama, kujelaskan saat di bukit ilalang, saat ejek-ejekan di sekolah, dan saat mengaji bersama namun semuanya itu tak membuatnya ingat akan siapa itu Koko,
maaf aku coba ingat-ingat lagi ya…”
ya, sudah jangan dipaksakan, jujur aku benar-benar senang bisa mengenalmu lagi, menemukanmu lagi setelah selama Delapan tahun tak ada kabar…”
Malam ini ku beranjak tidur dengan sedikit rasa kekecewaan dalam hatiku, dia tak ingat sedikitpun padaku. pagi-pagi sekali ada satu pesan di Handphoneku buru-buru ku buka,
Ass… aku inget kamu sekarang’ maaf ya tadi malem aku agak sinis sama kmu…”
Owh’ taka pa-apa, yakin kmu inget aku???”
Ku Tanya hal-hal yang menyangkut tentang diriku di masa lalu untuk membuktikan apakah ia benar-benar ingat siapa aku, karena aku ragu apakah dia benar-benar ingat.
Maaf‘ ya dulu waktu SMA aku pernah jatuh dari motor… dan pernah koma..”
jadi klo buat mengingat-ingat masalalu sering sakit ini kepala…”
Beberapa hari terlewati dengan saling SMS dan telepon mengingat indahnya kenangan masa lalu, tertawa bercanda kembali mengisi hari- hari dengannya dan kebiasaan yang ku rindukan darinya yang dulu sering kita lakukan sampai saat ini pun masih sering kita lakukan yaitu saling mengejek satu sama lain, ejek-ejekan adalah cara melepaskan rasa kerinduanku selama Delapan tahun yang berlalu tanpa dirinya, itulah caranya menunjukan perhatian yang tersirat…
bolehkah ku panggil kamu dengan sebutan ‘Aa…?’ ”
boleh aja ade…”
ade kenapa saat a’ Tanya ini Nur? Ade gak’ tau?”
hmmm… karena namaku di sini bukan Nur tapi Indah’ indah Isolabianco”
Namanya bukan Nur lagi, dia bilang namanya Indah Isolabianco saat ku Tanya itu adalah sebuah nama yang indah apa artinya? indah berarti sesuatu yang indah dan Isolabianco adalah Pasir Putih, ia sangat suka dengan pantai berpasir putih ituah kenapa Isolabianco menjadi nama belakangnya kini, padahal sebelum ini sebelum sempat ku berputus asa dalam pencarianku menemukan dirinya, pernah ku add banyak sekali di Facebook cewe yang punya nama Nur Indah Sari, “lihatlah di pertemanan Aa’ begitu banyak nama Nur Indah Sari dan dari mereka tidak ada satupun yang menunjukan itu dirimu….” Si Indah hanya tertawa mendengar pengakuanku itu’ “iiih… kurang kerjaan amat si Aa’ ini…” begitu katanya. Senang dan bahagia ya’ itu yang kurasakan kini. Di malam minggu ini malamnya para muda mudi memadu kasih begitu katanya malam minggu saatnya ngapel kekasih, mungkin aku salah satu pemegang rekor sebagai cowo Dua Puluh tahun belum pernah merasakan yang namanya ngapel… tapi malam minggu ini keadaanya menjadi lebih baik karena ada ade’ Iindah yang akan menemaniku sekedar SMS saja itu sudah sangat menghiburku dan bisa berjam-jam hingga larut malam jika perang SMS dengan Indah dimulai, begitupun dengan malam ini.
Aa’ maafin aku ya dulu, bukan maksudku meninggalkan Aa’ tanpa kabar, dulu secara mendadak bapak jemput aku…”
ya’ sudahlah itu telah berlalu ade’… ”
Aa’ masih mengharap ade kembali…???”
harapan Aa’ belum pernah mati sejak Delapan tahun lalu de’…”
Aa’ ada rencana untuk menjadi orang Jakarata ga?”
A’ si bisa tinggal dimana aja, tapi A’ harus menemani ibu di kampung untuk saat ini..”
Kenapa de’…?”
“……………….”
Malam ini menjadi sebuah penutup terombang ambingnya hatiku selama Delapan tahun, malam penutup dari awal kisah yang dimulai dahulu, rasa penasaran rasa mengharap kini tertuang sudah, di penghujung sinar purnama yang bersinar tak sempurna inilah kisah kita memasuki lembar cerita baru yang berbeda. Terpejam mata ini ditemani udara dan gelapnya malam minggu, perasaan yanga ada dalam hatiku ini memang tercipta oleh kenangan cerita masa lalu dan tumbuh karena penantian yang panjang ku sadari itu sepenuhnya daam batas-batas kecil harapanku.
Koko… gimana no’nya mb’ Nur yg kemaren ku kasih, aktif ga? “ kata Jumi sambil menstandarkan motornya, menyapaku yang sedang duduk di taman desa pinggir jalan bersama teman-teman,
hey Jum… baru pulang sekolah,,, iya aktif makasih ya…”
cie… cie… gimana perkenalannya nie,,, kayaknya makin deket aja…”
ah bisa aja kamu…”
cantik lho si mb’ Nur itu…kenapa tak di jedor aja mz’….he…ntar di gondol orang lho…”
ah’ Jumi bisa aja, Tak mungkin itu lah… ”
lho memangnya kenapa…???”
tak apa Jum… si Indah Sudah memiliki Pacar…di Jakarta”
Kebumen, 1 september 2010








Akh’I Rindu Cinta

Posted: Senin, 21 Maret 2011 by handokotkj in Label:
1


                                                                                                                               
                                                                                                          Oleh : coco stemzago
 Semilir angin pantai menghempas tubuh ini, sungguh menyejukan hati dan perasaanku’ ku terhanyut dalam suasana mendamaikan ini setelah semua yang ku alami ternyata malam membawaku ke pantai yang indah ini, desis suara angin malam membisikan telinga untuk berlama – lama berdiam disini belum lagi suara gulungan ombak berkejaran sesekali menabrak karang sungguh neneduhkan hati rasanya, hanya aku sendiri ya’…, saat ini menyendiri adalah keputusanku hanya rasa syukur yang tertinggal di hati, sebuah senyum telah terlahir di bibirku, bahwa keAgunganNya kini terasa begitu nyata mengenai diriku Engkau memang benar-benar memberikan apa yang aku butuhkan dan bukan memberikan apa yang aku inginkan.’ Kini kebahagiaan bukan hanya milik ragaku tetapi telah menjadi kebahagiaan dalam ruh jiwaku.
Ceria, bebas, tertawa lepas, melakukan apapun yang disukai itulah aku’ itulah hidupku. Saat pagi menjelang ku tempuh jarak 15 Kilometer untuk menimba ilmu hampir tak ku hiraukan tetesan keringat bercampur peluh yang ada di badan mungilku ini, setiap 6 hari dalam seminggu. Saat berangkat di waktu pagi ku ditemani embun dan dinginnya udara pagi yang menusuk tulang, dan saat pulang kembali kerumah ku ditemani debu dan udara panas menganga bagai bara, ku lalui itu dengan sepeda BMX kecil yang kurombak, ku cat sendiri dan kuberi beberapa aksesoris tergambarkan bahwa aku suka melakukan apapun yang ku mau. maklum tempat tinggalku memang di daerah gunung’ tapi aku tidak sendiri ada sahabat-sahabatku yang lain yang sama bersemangatnya seperti aku tak menghiraukan semua aral dan rintangan’ menempuh jarak yang tidak pendek itu’ aku dan ke-tiga temanku yang semuanya perempuan tergolong beruntung karena dapat menimba ilmu disekolah SMP faforit’ di sebuah kota kecamatan’ sedang teman-teman yang lain yang satu SD ada yang di sekolah swasta bahkan ada juga yang tidak bersekolah, beberapa di antara teman kami langsung merantau ke Jakarta membantu kondisi ekonomi keluarga di kampung. Aku dan teman-teman yang bisa bersekolah termasuk yang beruntung di antara anak-anak yang lainnya. Hobiku menggambar dan melukis juga suka membuat puisi, karena itulah julukan sebagai “Pangeran Cinta” mampir kepadaku tentu itu bukan tanpa alasan. Di sinilah kisahku dimulai. kelas 3 SMP semester 2 waktu istirahat les seperti biasa tujuan pertama waktu istirahat adalah Sholat di mushola sekolah yang berdampingan dengan ruang kelasku’ saat ku basuh muka dengan air kesejukan itu sekilas pandangan mata ini tertuju dengan sosok gadis yang lewat didepanku dia cantik, kulitnya putih, matanya bulat dan senyumnya yang khas telah mengalihkan konsentrasi bersuciku’ seperti ada warna-warni pelangi disekitar wajahnya…. Astaghfirulloh…. Terpejam mata ini ku lanjutkan berwudhu.
Sejak kejadian di mushola itu, ya ampun… bayang-bayang gadis itu menari-nari di atas kepalaku saat malam datang sulit ku terpejam, beberapakali ku berpapasan dengannya jantung ini berdebar kencang dan kenapa setiap hari rasa tak enak ini semakin menjadi, Mulai kurasakan getaran-getaran aneh dihati, setiap hariku terasa tak lengkap jika tak melihat rona wajahnya yang ayu itu, ku curi pandang ku amati tingkahnya hingga sesekali kutersenyum karenanya.
co akhir-akhir ini kamu berubah, ada apa co?” spontan Aprit teman sekelasku bertanya padaku’
Ah’ masa si Prit…”
Hayoo… ngelamunin siapa??? Kayaknya ada yang lagi jatuh cintrong nie…” Aprit sambil meledekku
Apaan sih…Ngaco kamu…” senyum kecut di bibirku.
Ah’ apakah benar apa yang dikatakan Aprit padaku, aku jatuh cinta…. Oh my God, tidak… !!! kata orang dewasa jika kita jatuh cinta’ mau makan, mau tidur, bahkan mau nyuci juga ingat orang yang dicintainya’ aduh… kan repot ku tak ingin jika harus makan tidak berselera tidur tak nyenyak karenanya, aku tak mau itu pasti menderita. Ya’ walaupun memang tak ku pungkiri terkadang ku iri sama teman-temanku mereka pulang sekolah saling berpasang-pasangan dalam fikirku yang polos ini betapa bahagianya mereka berangkat bareng, belajar bareng, saling memberi perhatian. Aprit contohnya setiap pulang sekolah selalu bersama Melly bersepeda berdampingan ngobrol sambil bercanda-bercanda sampai rumah dan aku selalu di belakangnya, terpinggirkan, tak dianggap hanya menjadi saksi kebahagiaan mereka menjadi pendengar setia hampir setiap hari. sedangan aku…, aku sendirian ngapa-ngapain juga sendirian kadang itulah yang kurasakan dalam kesunyian di gelapnya malam-malamku.
Secarik kertas dan pena’ hanya itu teman setiaku kucurahkan segala apa yang kurasa lewat media itu, semakin hari hatiku bagai menahan beban berat yang menggunung terkadang terasa sakit bagai tertusuk duri. Beribu kata puisi telah tercipta dari rasa dalam hatiku dan itu semua tertuju untuk satu orang ya’ gadis itu Arum namanya, ditemani Aprit sang mentor cintaku ku diajaknya untuk ketemuan dengan Arum.
co nanti setelah pulang sekolah ya….”
ih’ yakin…”
PD aja co… oke ”
Aprit telah mengatur waktunya’ hingga sampai waktu pulang sekolah pun tiba, dan nyatanya aku adalah orang no 1 yang paling mengecewakan, Arum sudah menyediakan waktunya untuk bersedia bertemu denganku barang 5 menit saja dan Aprit telah bersedia untuk membantuku membuat kesepakatan dengan Arum mengenai pertemuan ini, yang memilukan lagi aku telah mengecewakan diriku sendiri, hari itu aku hanya bisa terdiam di bangku kelas merasakan degupan jantung yang begitu kencang, merasakan merindingnya badan ini, keringat dingin dan rasa was-was terus saja menghampiriku, jujur aku takut aku malu aku tak berani berbicara dengan seorang Gadis apalagi gadis secantik dia se-ayu dia, Gadis Primadona sekolah. Aku hanya bisa mengintip lewat celah pintu, justru si Aprit yang terlihat akrab ngobrol dengannya, aku memang sangat berbeda dengan Aprit yang selalu mudah untuk bergaul dengan perempuan. entah apa anggapan Arum tentangku Besok’ betapa penyesalan selalu menghinggapiku, menghantui dan kini menjadi masalah terbesarku.
Beberapa hari berlalu waktu les telah usai, Ujian Nasiona pun sudah di pelupuk mata, belajar dan belajar semua siswa telah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi hari penentuan itu, namun apa yang kurasa hingga kini perasaan menyiksa ini belum juga beranjak dari hidupku.
Hati kecilku
Sering kali hati ini,
Ingin mengungkapkannya
Segala yang ada
Tahukah kamu…

Besar inginku mengungkap
Semuanya…
Semakin kecil keberanian
Ku…

Ku hanya bisa membisu
Ku hanya bisa memandangmu
Ku hanya bisa mendengar tawamu
Dari sisi gelapku…

Tahukah kamu,
Setiap ku mengingatmu
Batinku menangis
Sesal…

Kenapa ku harus mengenalmu…
Tanpa ku bisa
Ungkapkan semuan
Yang ada dihati …  By ; coco Maret 2005

Saat pertama kali ku kenal Arum, hampir disetiap malam-malamku terisi dengan aduan-aduan penyesalan diiringi dengan permohonan yang dalam dan panjang agar Arum menyukaiku seperti ku menyukainya, apalagi sempat suatu hari saat ku sedang termenung sendiri Arum menyapaku dan tersenyum kepadaku. Sebelum semuanya benar-benar menjadi penyesalan siang itu, ku hendak membuat hari paling bersejarah dalam hidupku dengan segenap hatiku dengan sisa-sisa harapan yang kumiliki ku hampiri dia dengan satu tekad yaitu pengungkapan isi hati apapun yang terjadi nanti ku harap semuanya telah usai dihari ini, sebuah buku bercover biru berisi kumpulan puisi dari saat pertama kenal dengan Arum hingga saat ini semuanya ada dalam buku itu, ku berikan dengan senyuman kecil mengiringinya’
aku ada sesuatu buatmu…” ku awali perbincangan dan jelas exspresi gerogi mengikutiku
apa itu…” ya Alloh… senyumnya’
dilihat aja ” eh Rum… setelah lulus melanjutkan kemana…?”
belum tau, tapi mungkin di SMA PIUS…”
hmmm…” perbincangan yang benar-benar kaku di siang itu, tak berjalan lama mungkin bisa dihitung berapa langkah tak sampai 50 meter, masih terngiang jelas kata-kata terakhir Arum menutup perbincangan siang itu.
Maaf ya co’ kita sahabatan aja ya… ”
Setelah kata itu kita berpisah, di perempatan jalan karena jalan pulang kita memang berlawanan arah. Tak menentu apa dirasa dalam hatiku semuanya telah bercampur teraduk-aduk menjadi satu tak karuan lagi…
Ujian telah usai, aku lulus dengan nilai baik diatas rata-rata seperti biasa obsesi ku sejak SD bisa bersekolah di Sekolah Faforit dan itu sudah terlaksana diwaktu SMP dan begitu pun saat ini ku telah diterima Di SMK terbaik di kota kami, letaknya jauh dari tempat tinggalku untuk itu ku In de kost di sana. Bersama beberapa teman satu sekolahan bersama ibu kost yang disiplin dan religious itulah babak baru kehidupanku. Letak kos’nya pun dekat dengan masjid hanya beberapa jengkal saja, sebenarnya orang tua berat menerima keputusanku begitupun denganku apalagi ayah, ditambah aku adalah anak terkhir yang satu-satunya tinggal bersama mereka, ibu selalu ingin melihatku setiap hari beberapa kali ibu menanyakan keberadaanku menanyakan kesehatanku’ di situlah benar-benar kurasakan kasih sayang seorang ibu begitu besar untuk buah hatinya. Dan sejak ku hidup mandiri itulah ku berjanji dalam hati akan membahagiakan ibu dan keluarga semua, suatu saat aku akan jadi kebanggan untuk orang-orang yang aku sayangi itulah anganku saat itu’. Begitu banyak perubahan besar ku alami di sekolah, lingkungan dan kehidupan yang baru ini seolah ku telah menemukan jati diriku inilah aku yang baru. berbagai organisasi ku ikuti baik di dalam maupun di luar sekolah, dengan berorganisasi kita tau bagaimana caranya berinteraksi mengenal karakter manusia yang berbeda-beda dan saling menjalin persahabatan itu bagian yang kusuka, jika di SMP pendiam tak punyai banyak teman paling teman sekelas dan beberapa teman dari perkenalan, kini temanku banyak sekali di mana-mana kalo boleh ku menyebutnya, sibuk dengan kegiatan itulah hidupku. Salah satunya adalah Rohis (Rohaniawan Islam) dengan rohis ini banyak sekali kegiatan pengajian-pengajian antar sekolah diikuti, selain itu banyak mengikuti seminar-seminar pengembangan diri itu juga salah satu kegiatan kesukaan.
Kesibukan itu seolah mampu meredam gejolak hati kenangan bersama Arum, tapi tak sepenuhnya di kehidupanku yang baru ini, teman-teman selalu mengatakan 17 tahun belum pernah pacaran??? “capek deh…” kadang perkataan itu hanya kuanggap sebagai angin lalu saja, akan tetapi perasaan itu kembali membara ia memberontak terhitung beberapa kali ku kembali menyukai seorang perempuan, Ita, Evi, dan Asih beberapa nama itu pernah nyantol di hati. Tak jauh berbeda kisahnya dengan Arum, hati merasakan sakit membiarkannya teriris belati tajam hanya itu dan itu berulang-uang terjadi. Hingga suatu malam yang ku rasa telah lelah,letih terasa tak kuat lagi kujalani semua ini, kusucikan diriku, siapkan waktu khusus tengah malam dengan dada penuh sesak pengaduan, pengaduan yang meluap-luap memuncak harus segera dikeluarkan. Dalam sujudku hanya Engkaulah Maha dari segala Maha, semua mudah ditanganMu, bunyi jarum jam terdengar searah dengan bunyi detakan jantung suasana sunyi senyap telah menyelimuti, bola mata ini berlinang air berombak-ombak kecil, terpejamlah mata ini air mata pun mengalir melewati pipi membentuk aliran bak sungai di kala hujan,
ya Alloh Sujudku ini hanya untukMu…, hidup dan matiku hanya untukMu”
ya Alloh hamba mu yang lemah ini memohon dengan sepenuh hati…”
dekatkanlah hamba dengan seorang kekasih… ya Alloh…”
siapapun dia akan ku terima di hatiku…”
Keharuan malam itu, mungkin terasa bagai pluru meriam yang ku lemparkan dengan segala keganasannya, namun ku berharap dibalas bukan dengan kekerasan pula melainkan dibalas dengan cinta kasih. Tepatnya 3 hari setelah malam itu ku diundang untuk ikut membantu menjadi dewan perkemahan Pramuka penggalang, 3 hari berkemah banyak perbincangan mengenai diriku, ah’ itu biasa anak-anak. Capek sekali rasanya berbaring di tempat tidur adalah pilihanku untuk memulihkan kembali tenagaku,
tut- tut… tut- tut…” bunyi dering Handphone’ku sms masuk’ segera ku raih dan ku buka
Asalamualaikum… mlm kak’ lg pain?”
Waalaikumsalam… mlm’ maaf ini siapa?”
q tau banget kk… mngkin kk g’ tau q… ”
q Suci andik waktu dikemahan kemaren…”
Selang beberapa kali sms pun berlalu hingga akhirnya :
kak mau g’ jadi cowo q…”
Sepontan kebingungan menghampiri, harus jawab apakah aku, tak tau dari mana asalnya, tak tau siapa orangnya, namun ku ingat do’a’ku malam itu. Bertanya-tanya dalam hatiku, ya Alloh apakah ini jawaban atas pintaku’perdebatan-perdebatan kecil terjadi dalam hati, namun akhirnya tiba pada satu keputusan,
kak tolong jwb skrang jga…”
ku terima kamu, semoga ini membawa pertanda kebaikan utk kita… ”
q seneng bgt trims’ ya ka ”
Angin lembut semilir telah melalui celah-celah hatiku yang kering, kini angin itu membawa kesejukan dan telah menumbuhkan kembali benih-benih kebahagiaan, ya Alloh terimakasih… bahagianya hatiku kini…, hari-hari berlalu dengan keindahan merajut hubungan dengan Suci’ beberapa kali bertemu bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih telah ku rasakan dan ku syukuri, terkadang memang merepotkan tetapi entah’lah kurasakan bahagia. Ternyata kebahagiaan ini tak berlangsung lama’ si Suci ternyata sudah memiliki kekasih sebelum aku’ itu juga diakui oleh Suci sendiri hanya dia tak berani mengatkannya di depanku langsung, kali ini lewat sahabatnya penuturan sahabatnya itu masih belum dapat ku percaya sepenuhnya, berkali ku hubungi lewat Hp tak pernah ada jawaban, mungkin kali ini ku harus belajar ikhlas menerima keadaan, apakah Alloh sedang memperingatkanku kali ini’? tanyaku dalam hati. Selang 7 hari sejak saat itu seseorang hadir kembali meminta kesediaanku untuk menjadi kekasihnya, kuterima dia dengan berat hati. Kali ini ia datang dengan kesungguhan dihatinya, Anez namanya beberapa waktu terlewati dengannya di awal ku rasa bahagia, indah terasa bahwa kini ku memiliki seseorang yang menyayangiku, mengasihiku dan karena ada yang memperhatikanku. Walau kenyataan ini sangat berlawanan dengan hati kecilku’ selama bersamanya banyak waktu terbuang, setiap kali ku dekat berdua dengannya ku berharap ada seseorang yang mengganggu, setiap berdua ku harus menunduk dan setiap berdua ku selalu was-was takut jika Alloh akan kecewa denganku, karena telah berdua dengan seorang lawan jenis yang bukan muhrim. Memang selama ku jalan dengan Suci maupun Anez ku selalu menjaga jarak bahkan berpegangan tangan pun tak pernah. Anez adalah remaja yang enerjik, ceria dan berbakat sebagai anak band, bahkan pernah kusaksikan ia manggung dengan dandanan yang bagiku super amburadul, kenyataan itu baru ku ketahui akhir-akhir ini pergaulannya luas seperti remaja-remaja umumnya, dan pernah ku dengar dulu ia pernah bergabung dengan anak-anak Punk’ saat paling sulit saat berhubungan dengannya adalah ketika ia lontarkan kata-kata yang mengisyaratkan untuk memaksaku antara memilih syurga atau neraka’ kuingat sekali kata-katanya malam itu,
kak Cip yuk…”
Ia minta untuk berciuman, dia telah menantang nafsuku’ yang selalu berkobar sebagai seorang pemuda, di luaran sana mungkin hal itu sudah biasa, justru si cowo lah yang memulai meminta mengajak kekasihnya untuk berciuman, sungguh ragaku ingin melakukannya tetapi imanku adalah tameng terkuat yang akan menghalanginya, tak akan membiarkan kesenangan sesaat itu merusak kalbu yang sedikit demi sedikit telah terisi cahaya iman ini. Setelah itu terdiamlah aku badan ini seketika mendingin dan menggigil, ya Alloh kutunggu malam’Mu ku ingin mengadu padaMu…
ya Robbi… sesungguhnya apa yang ingin kau tunjukan padaku…”
jika dengan dekatnya aku dan dia hanya untuk menjauhkan antara Aku dan Engkau sungguh ku tak ingin ya Alloh…”
jika di dekatkannya aku dengan seseorang seperti pintaku dulu, hanya untuk mendekatkan ku kepada zina seperti ini, sungguh ku tak ingin… ”
ku minta didekatkan dengan seseorang karena aku ingin tau bagaimana rasanya memiliki kekasih, ku pikir itu baik untuk’ku…”
akan tetapi jika itu memang tidak kau Ridhoi ku menerima apapun yang engkau kenakan terhadapku…Ampuni hamba… maafkanah hambamu ini... ”
Dengan senyuman kusampaikan maksud hatiku, mulai hari itu hubungan kita adalah hubungan kakak adik’ hubungan saling mengingatkan dalam kebaikan, ku yakin ia dapat mengerti akan keputusan ku yang kini telah menjadi keputusan bersama, beberapa hari beralu Anez pun telah menunjukannya sebagai seorang adik’ tanpa pertemuan dan tanpa nafsu yang dilontarkannya lagi, ia lebih sering bertanya mengenai masalah bagaimana caranya menjadi wanita yang baik.
Akhirnya Ramadhan datang bulan yang kutunggu-tunggu, bulan ini aku sibuk mengaji kesana kemari’ beruntung ku kenal dengan seorang ketua Irmas (ikatan remaja masjid) dia Nanang, bersamanya kita sering muter-muter untuk mengaji. Menghadiri undangan ini dan itu… saat itulah puncak keimananku membahana kurasakan iman yang sesungguhnya’ sungguh bahagia tak ada bandingnya. Teringat kembali betapa kurasakan kebesaranNya sungguh-sungguh nyata bagiku, saat jum’at datang matahari telah sampai pada puncaknya panas sekali udaranya waktu telah menunjukan pukul 11.45 segera ku bersiap mandi dan mensucikan diri mempersiapkan Sholat jum’at, setelah usai mandi baju koko peci sudah terpakai tinggal cari sandal jepitku dimana tadi… bergegas ku beranjak terburu-buru takut terlambat dan tidak kebagian Shaf pertama karena berada di Shaf pertama adalah suatu keharusan bagiku jika tidak akan ada penyesalan nantinya di hati, tiba-tiba ibu kost memanggilku
tolongin itu jemuran diangkati sudah pada kering…”
Berat sekali sebenarnya ku untuk menerima permintaan ibu kost itu, ini sudah telat nanti bagaimana jika ku tak di Shof pertama. Satu angkatan, dua angkatan dan akhirnya tiga angkatan jemuran ku selesaikan, terpogoh-pogoh ku berjalan menuju mesjid yang berjarak 100 meteran, benar saja masjid sudah penuh sesak bahkan di serambi luarnya di pasang tikar untuk orang-orang agar dapat tetap sholat, bagaimana ini…, ku berdiri dari tadi sejak sampai sambil berdoa semoga saja masih ada tempat untukku’ iqomah telah dikumandangan dengan segera ku mencari celah untuk mendapatkan tempat, satu shof di depanku ada satu yang kosong maju ku segera mengisinya, satu didepanku kosong lagi begitulah seterusnya… Subahanalloh…, ku maju satu demi satu shaf bagaikan disediakan jalan tol khusus untukku dan akhirnya ku berada di Shaf pertama di belakang imam bagian kanan. Di situlah ku merasakan CintaNya sungguh nyata’ ku ingin selalu dekat denganNya maka Ia menerimaku didekatNya. ku ingin merasakan bahagia ini lebih lama bahkan selamanya semoga Alloh meridhoinya.
sampailah pada keinginanku, Ia akan membawa kemana langkahku kini…’ ba’da Ashar dengan mengenakan baju koko ku kayuh sepeda entah kemana aku kini? Aku tak tau ku ingin serahkan semua kepadaNya… seolah ada petunjuk ku harus lewat jalan ini’ berbeloklah sekarang ke kanan begitulah hingga waktu Maghrib tiba segera ku cari Masjid terdekat sampai ku di masjid Agung berbuka dengan satu tegukkan air hmmm… tak apalah bagiku, seseorang tiba-tiba menawariku untuk berbuka di rumahnya, ku terima ajakan itu’ ternyata lelaki tua itu adalah imam masjid. ku tak pernah berfikir bagaimana nanti ku berbuka, setelah Isya kulanjutkan perjalanan gelapnya malam tanpa lampu jalan pohon-pohon dikanan kiri bukit seolah menari- nari membuat bulu kudukku merinding, bunyi desis angin malam berhembus dingin sekali malam ini terdengar suara nyiur ombak disana…,ternyata benar ini pantai sebuah pantai yang indah hamparan pasir nan luas ditemani cahaya malam. Di sinilah ku berhenti merenungkan kembali masuk jauh ke masa lalu ke hari-hari sebelum ini. Jika Alloh menyukai hambanya maka hamba itu akan ditunjukanNya sesuatu.
Kebumen, 28 Agustus 2010