Ini kisah awal suksesnya Stephen King menjadi seorang penulis terkenal.
Stephen King adalah seorang tukang setrika di perusahaan binatu, dia tinggal disebuah kontrakan kecil dan mendapat upah $60 seminggu. Istrinya bekerja di malam hari, namun dengan dua pekerjaan tersebut mereka nyaris tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Saat bayi mereka terkena infeksi telinga. Mereka tidak memiliki biaya pengobatan dan harus menjual beberapa barang perabotan mereka untuk membeli obat antibiotik.
Pekerja binatu ini ingin menjadi penulis. Setiap malam dan akhir pekan bunyi mesin ketiknya memenuhi kontrakan kecilnya. Dia menabungkan sebagian uang belanjanya untuk mengirimkan naskah pada penerbit dan agen.
Semua orang menolak hasil karyanya, dan surat jawaban yang diterimanya pun cukup singkat. “Tulisan anda belum memenuhi syarat”. Bahkan dia sendiri pun tidak yakin jika hasil karyanya disempatkan dibaca oleh editor.
Pada suatu hari si pekerja binatu tersebut membaca sebuah novel yang mengingatkannya akan hasil karyanya. Kemudian dia mengirimkan hasil karyanya kepada sebuah penerbit buku, dan naskah itu diterima oleh Bill Thompson.
Beberapa minggu kemudian, sebuah jawaban yang hangat dan ramah diterimanya melalui pos. Naskah itu punya banyak kesalahan, tetapi Bill Thompson yakin pekerja binatu ini punya bakat sebagai seorang penulis dan mendorongnya untuk mencobanya lagi.
Dalam 18 bulan berikutnya, si pekerja binatu mengirimkan dua naskah lagi kepada editor. Namun sekali lagi pekerja binatu tersebut mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan dari editor. Tanpa putus asa, si pekerja binatu pun mulai mengerjakan novel berikutnya. Karena tagihan yang terus menumpuk, membuatnya mulai kehilangan harapan.
Pada suatu malam dia membuang naskahnya ke keranjang sampah. Keesokannya istrinya mengambilnya lagi. “Kau tak boleh menyerah saat keberhasilan telah begitu dekat”, kata istrinya.
Si pekerja binatu menatap halaman-halaman naskahnya. Mungkin dia mulai kehilangan rasa percaya diri, tetapi istrinya percaya dan tetap mendukungnya. Demikian pula dengan seorang editor di New York percaya bahwa dia berbakat dan memberinya semangat. Maka timbullah semangatnya yg hampir padam.
Setiap hari dia mulai menulis lagi untuk menyempurnakan kembali novelnya. Setelah dia selesai, dikirimkannya kembali novel itu kepada Bill Thompson. Di luar dugaannya perusahaan penerbitan Thompson menyerahkan uang muka $2500, dan lahirlah cerita horor klasik karya “Stephen King” -si tukang setrika tadi- yang berjudul “Carrie”.
Novel tersebut terjual lima juta eksemplar dan menjadi film yang paling banyak meraup keuntungan pada tahun 1976.
Begitu kamu diam, kamu tidak melihat apa2. Tapi begitu kamu mulai memberanikan diri melangkah dan melangkah lebih jauh lagi, suatu saat kamu akan melihat secercah harapan...