1
Oleh : coco stemzago
Semilir angin pantai menghempas tubuh ini, sungguh menyejukan hati dan perasaanku’ ku terhanyut dalam suasana mendamaikan ini setelah semua yang ku alami ternyata malam membawaku ke pantai yang indah ini, desis suara angin malam membisikan telinga untuk berlama – lama berdiam disini belum lagi suara gulungan ombak berkejaran sesekali menabrak karang sungguh neneduhkan hati rasanya, hanya aku sendiri ya’…, saat ini menyendiri adalah keputusanku hanya rasa syukur yang tertinggal di hati, sebuah senyum telah terlahir di bibirku, bahwa keAgunganNya kini terasa begitu nyata mengenai diriku Engkau memang benar-benar memberikan apa yang aku butuhkan dan bukan memberikan apa yang aku inginkan.’ Kini kebahagiaan bukan hanya milik ragaku tetapi telah menjadi kebahagiaan dalam ruh jiwaku.
Semilir angin pantai menghempas tubuh ini, sungguh menyejukan hati dan perasaanku’ ku terhanyut dalam suasana mendamaikan ini setelah semua yang ku alami ternyata malam membawaku ke pantai yang indah ini, desis suara angin malam membisikan telinga untuk berlama – lama berdiam disini belum lagi suara gulungan ombak berkejaran sesekali menabrak karang sungguh neneduhkan hati rasanya, hanya aku sendiri ya’…, saat ini menyendiri adalah keputusanku hanya rasa syukur yang tertinggal di hati, sebuah senyum telah terlahir di bibirku, bahwa keAgunganNya kini terasa begitu nyata mengenai diriku Engkau memang benar-benar memberikan apa yang aku butuhkan dan bukan memberikan apa yang aku inginkan.’ Kini kebahagiaan bukan hanya milik ragaku tetapi telah menjadi kebahagiaan dalam ruh jiwaku.
Ceria, bebas, tertawa lepas, melakukan apapun yang disukai itulah aku’ itulah hidupku. Saat pagi menjelang ku tempuh jarak 15 Kilometer untuk menimba ilmu hampir tak ku hiraukan tetesan keringat bercampur peluh yang ada di badan mungilku ini, setiap 6 hari dalam seminggu. Saat berangkat di waktu pagi ku ditemani embun dan dinginnya udara pagi yang menusuk tulang, dan saat pulang kembali kerumah ku ditemani debu dan udara panas menganga bagai bara, ku lalui itu dengan sepeda BMX kecil yang kurombak, ku cat sendiri dan kuberi beberapa aksesoris tergambarkan bahwa aku suka melakukan apapun yang ku mau. maklum tempat tinggalku memang di daerah gunung’ tapi aku tidak sendiri ada sahabat-sahabatku yang lain yang sama bersemangatnya seperti aku tak menghiraukan semua aral dan rintangan’ menempuh jarak yang tidak pendek itu’ aku dan ke-tiga temanku yang semuanya perempuan tergolong beruntung karena dapat menimba ilmu disekolah SMP faforit’ di sebuah kota kecamatan’ sedang teman-teman yang lain yang satu SD ada yang di sekolah swasta bahkan ada juga yang tidak bersekolah, beberapa di antara teman kami langsung merantau ke Jakarta membantu kondisi ekonomi keluarga di kampung. Aku dan teman-teman yang bisa bersekolah termasuk yang beruntung di antara anak-anak yang lainnya. Hobiku menggambar dan melukis juga suka membuat puisi, karena itulah julukan sebagai “Pangeran Cinta” mampir kepadaku tentu itu bukan tanpa alasan. Di sinilah kisahku dimulai. kelas 3 SMP semester 2 waktu istirahat les seperti biasa tujuan pertama waktu istirahat adalah Sholat di mushola sekolah yang berdampingan dengan ruang kelasku’ saat ku basuh muka dengan air kesejukan itu sekilas pandangan mata ini tertuju dengan sosok gadis yang lewat didepanku dia cantik, kulitnya putih, matanya bulat dan senyumnya yang khas telah mengalihkan konsentrasi bersuciku’ seperti ada warna-warni pelangi disekitar wajahnya…. Astaghfirulloh…. Terpejam mata ini ku lanjutkan berwudhu.
Sejak kejadian di mushola itu, ya ampun… bayang-bayang gadis itu menari-nari di atas kepalaku saat malam datang sulit ku terpejam, beberapakali ku berpapasan dengannya jantung ini berdebar kencang dan kenapa setiap hari rasa tak enak ini semakin menjadi, Mulai kurasakan getaran-getaran aneh dihati, setiap hariku terasa tak lengkap jika tak melihat rona wajahnya yang ayu itu, ku curi pandang ku amati tingkahnya hingga sesekali kutersenyum karenanya.
“co akhir-akhir ini kamu berubah, ada apa co?” spontan Aprit teman sekelasku bertanya padaku’
“Ah’ masa si Prit…”
“Hayoo… ngelamunin siapa??? Kayaknya ada yang lagi jatuh cintrong nie…” Aprit sambil meledekku
“Apaan sih…Ngaco kamu…” senyum kecut di bibirku.
Ah’ apakah benar apa yang dikatakan Aprit padaku, aku jatuh cinta…. Oh my God, tidak… !!! kata orang dewasa jika kita jatuh cinta’ mau makan, mau tidur, bahkan mau nyuci juga ingat orang yang dicintainya’ aduh… kan repot ku tak ingin jika harus makan tidak berselera tidur tak nyenyak karenanya, aku tak mau itu pasti menderita. Ya’ walaupun memang tak ku pungkiri terkadang ku iri sama teman-temanku mereka pulang sekolah saling berpasang-pasangan dalam fikirku yang polos ini betapa bahagianya mereka berangkat bareng, belajar bareng, saling memberi perhatian. Aprit contohnya setiap pulang sekolah selalu bersama Melly bersepeda berdampingan ngobrol sambil bercanda-bercanda sampai rumah dan aku selalu di belakangnya, terpinggirkan, tak dianggap hanya menjadi saksi kebahagiaan mereka menjadi pendengar setia hampir setiap hari. sedangan aku…, aku sendirian ngapa-ngapain juga sendirian kadang itulah yang kurasakan dalam kesunyian di gelapnya malam-malamku.
Secarik kertas dan pena’ hanya itu teman setiaku kucurahkan segala apa yang kurasa lewat media itu, semakin hari hatiku bagai menahan beban berat yang menggunung terkadang terasa sakit bagai tertusuk duri. Beribu kata puisi telah tercipta dari rasa dalam hatiku dan itu semua tertuju untuk satu orang ya’ gadis itu Arum namanya, ditemani Aprit sang mentor cintaku ku diajaknya untuk ketemuan dengan Arum.
“ co nanti setelah pulang sekolah ya….”
“ih’ yakin…”
“PD aja co… oke ”
Aprit telah mengatur waktunya’ hingga sampai waktu pulang sekolah pun tiba, dan nyatanya aku adalah orang no 1 yang paling mengecewakan, Arum sudah menyediakan waktunya untuk bersedia bertemu denganku barang 5 menit saja dan Aprit telah bersedia untuk membantuku membuat kesepakatan dengan Arum mengenai pertemuan ini, yang memilukan lagi aku telah mengecewakan diriku sendiri, hari itu aku hanya bisa terdiam di bangku kelas merasakan degupan jantung yang begitu kencang, merasakan merindingnya badan ini, keringat dingin dan rasa was-was terus saja menghampiriku, jujur aku takut aku malu aku tak berani berbicara dengan seorang Gadis apalagi gadis secantik dia se-ayu dia, Gadis Primadona sekolah. Aku hanya bisa mengintip lewat celah pintu, justru si Aprit yang terlihat akrab ngobrol dengannya, aku memang sangat berbeda dengan Aprit yang selalu mudah untuk bergaul dengan perempuan. entah apa anggapan Arum tentangku Besok’ betapa penyesalan selalu menghinggapiku, menghantui dan kini menjadi masalah terbesarku.
Beberapa hari berlalu waktu les telah usai, Ujian Nasiona pun sudah di pelupuk mata, belajar dan belajar semua siswa telah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi hari penentuan itu, namun apa yang kurasa hingga kini perasaan menyiksa ini belum juga beranjak dari hidupku.
Hati kecilku
Sering kali hati ini,
Ingin mengungkapkannya
Segala yang ada
Tahukah kamu…
Besar inginku mengungkap
Semuanya…
Semakin kecil keberanian
Ku…
Ku hanya bisa membisu
Ku hanya bisa memandangmu
Ku hanya bisa mendengar tawamu
Dari sisi gelapku…
Tahukah kamu,
Setiap ku mengingatmu
Batinku menangis
Sesal…
Kenapa ku harus mengenalmu…
Tanpa ku bisa
Ungkapkan semuan
Yang ada dihati … By ; coco Maret 2005
Saat pertama kali ku kenal Arum, hampir disetiap malam-malamku terisi dengan aduan-aduan penyesalan diiringi dengan permohonan yang dalam dan panjang agar Arum menyukaiku seperti ku menyukainya, apalagi sempat suatu hari saat ku sedang termenung sendiri Arum menyapaku dan tersenyum kepadaku. Sebelum semuanya benar-benar menjadi penyesalan siang itu, ku hendak membuat hari paling bersejarah dalam hidupku dengan segenap hatiku dengan sisa-sisa harapan yang kumiliki ku hampiri dia dengan satu tekad yaitu pengungkapan isi hati apapun yang terjadi nanti ku harap semuanya telah usai dihari ini, sebuah buku bercover biru berisi kumpulan puisi dari saat pertama kenal dengan Arum hingga saat ini semuanya ada dalam buku itu, ku berikan dengan senyuman kecil mengiringinya’
“ aku ada sesuatu buatmu…” ku awali perbincangan dan jelas exspresi gerogi mengikutiku
“ apa itu…” ya Alloh… senyumnya’
“dilihat aja ” eh Rum… setelah lulus melanjutkan kemana…?”
“belum tau, tapi mungkin di SMA PIUS…”
“hmmm…” perbincangan yang benar-benar kaku di siang itu, tak berjalan lama mungkin bisa dihitung berapa langkah tak sampai 50 meter, masih terngiang jelas kata-kata terakhir Arum menutup perbincangan siang itu.
“Maaf ya co’ kita sahabatan aja ya… ”
Setelah kata itu kita berpisah, di perempatan jalan karena jalan pulang kita memang berlawanan arah. Tak menentu apa dirasa dalam hatiku semuanya telah bercampur teraduk-aduk menjadi satu tak karuan lagi…
Ujian telah usai, aku lulus dengan nilai baik diatas rata-rata seperti biasa obsesi ku sejak SD bisa bersekolah di Sekolah Faforit dan itu sudah terlaksana diwaktu SMP dan begitu pun saat ini ku telah diterima Di SMK terbaik di kota kami, letaknya jauh dari tempat tinggalku untuk itu ku In de kost di sana. Bersama beberapa teman satu sekolahan bersama ibu kost yang disiplin dan religious itulah babak baru kehidupanku. Letak kos’nya pun dekat dengan masjid hanya beberapa jengkal saja, sebenarnya orang tua berat menerima keputusanku begitupun denganku apalagi ayah, ditambah aku adalah anak terkhir yang satu-satunya tinggal bersama mereka, ibu selalu ingin melihatku setiap hari beberapa kali ibu menanyakan keberadaanku menanyakan kesehatanku’ di situlah benar-benar kurasakan kasih sayang seorang ibu begitu besar untuk buah hatinya. Dan sejak ku hidup mandiri itulah ku berjanji dalam hati akan membahagiakan ibu dan keluarga semua, suatu saat aku akan jadi kebanggan untuk orang-orang yang aku sayangi itulah anganku saat itu’. Begitu banyak perubahan besar ku alami di sekolah, lingkungan dan kehidupan yang baru ini seolah ku telah menemukan jati diriku inilah aku yang baru. berbagai organisasi ku ikuti baik di dalam maupun di luar sekolah, dengan berorganisasi kita tau bagaimana caranya berinteraksi mengenal karakter manusia yang berbeda-beda dan saling menjalin persahabatan itu bagian yang kusuka, jika di SMP pendiam tak punyai banyak teman paling teman sekelas dan beberapa teman dari perkenalan, kini temanku banyak sekali di mana-mana kalo boleh ku menyebutnya, sibuk dengan kegiatan itulah hidupku. Salah satunya adalah Rohis (Rohaniawan Islam) dengan rohis ini banyak sekali kegiatan pengajian-pengajian antar sekolah diikuti, selain itu banyak mengikuti seminar-seminar pengembangan diri itu juga salah satu kegiatan kesukaan.
Kesibukan itu seolah mampu meredam gejolak hati kenangan bersama Arum, tapi tak sepenuhnya di kehidupanku yang baru ini, teman-teman selalu mengatakan 17 tahun belum pernah pacaran??? “capek deh…” kadang perkataan itu hanya kuanggap sebagai angin lalu saja, akan tetapi perasaan itu kembali membara ia memberontak terhitung beberapa kali ku kembali menyukai seorang perempuan, Ita, Evi, dan Asih beberapa nama itu pernah nyantol di hati. Tak jauh berbeda kisahnya dengan Arum, hati merasakan sakit membiarkannya teriris belati tajam hanya itu dan itu berulang-uang terjadi. Hingga suatu malam yang ku rasa telah lelah,letih terasa tak kuat lagi kujalani semua ini, kusucikan diriku, siapkan waktu khusus tengah malam dengan dada penuh sesak pengaduan, pengaduan yang meluap-luap memuncak harus segera dikeluarkan. Dalam sujudku hanya Engkaulah Maha dari segala Maha, semua mudah ditanganMu, bunyi jarum jam terdengar searah dengan bunyi detakan jantung suasana sunyi senyap telah menyelimuti, bola mata ini berlinang air berombak-ombak kecil, terpejamlah mata ini air mata pun mengalir melewati pipi membentuk aliran bak sungai di kala hujan,
“ya Alloh Sujudku ini hanya untukMu…, hidup dan matiku hanya untukMu”
“ya Alloh hamba mu yang lemah ini memohon dengan sepenuh hati…”
“dekatkanlah hamba dengan seorang kekasih… ya Alloh…”
“siapapun dia akan ku terima di hatiku…”
Keharuan malam itu, mungkin terasa bagai pluru meriam yang ku lemparkan dengan segala keganasannya, namun ku berharap dibalas bukan dengan kekerasan pula melainkan dibalas dengan cinta kasih. Tepatnya 3 hari setelah malam itu ku diundang untuk ikut membantu menjadi dewan perkemahan Pramuka penggalang, 3 hari berkemah banyak perbincangan mengenai diriku, ah’ itu biasa anak-anak. Capek sekali rasanya berbaring di tempat tidur adalah pilihanku untuk memulihkan kembali tenagaku,
“tut- tut… tut- tut…” bunyi dering Handphone’ku sms masuk’ segera ku raih dan ku buka
“Asalamualaikum… mlm kak’ lg pain?”
“Waalaikumsalam… mlm’ maaf ini siapa?”
“q tau banget kk… mngkin kk g’ tau q… ”
“q Suci andik waktu dikemahan kemaren…”
Selang beberapa kali sms pun berlalu hingga akhirnya :
“kak mau g’ jadi cowo q…”
Sepontan kebingungan menghampiri, harus jawab apakah aku, tak tau dari mana asalnya, tak tau siapa orangnya, namun ku ingat do’a’ku malam itu. Bertanya-tanya dalam hatiku, ya Alloh apakah ini jawaban atas pintaku’perdebatan-perdebatan kecil terjadi dalam hati, namun akhirnya tiba pada satu keputusan,
“kak tolong jwb skrang jga…”
“ ku terima kamu, semoga ini membawa pertanda kebaikan utk kita… ”
“q seneng bgt trims’ ya ka ”
Angin lembut semilir telah melalui celah-celah hatiku yang kering, kini angin itu membawa kesejukan dan telah menumbuhkan kembali benih-benih kebahagiaan, ya Alloh terimakasih… bahagianya hatiku kini…, hari-hari berlalu dengan keindahan merajut hubungan dengan Suci’ beberapa kali bertemu bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih telah ku rasakan dan ku syukuri, terkadang memang merepotkan tetapi entah’lah kurasakan bahagia. Ternyata kebahagiaan ini tak berlangsung lama’ si Suci ternyata sudah memiliki kekasih sebelum aku’ itu juga diakui oleh Suci sendiri hanya dia tak berani mengatkannya di depanku langsung, kali ini lewat sahabatnya penuturan sahabatnya itu masih belum dapat ku percaya sepenuhnya, berkali ku hubungi lewat Hp tak pernah ada jawaban, mungkin kali ini ku harus belajar ikhlas menerima keadaan, apakah Alloh sedang memperingatkanku kali ini’? tanyaku dalam hati. Selang 7 hari sejak saat itu seseorang hadir kembali meminta kesediaanku untuk menjadi kekasihnya, kuterima dia dengan berat hati. Kali ini ia datang dengan kesungguhan dihatinya, Anez namanya beberapa waktu terlewati dengannya di awal ku rasa bahagia, indah terasa bahwa kini ku memiliki seseorang yang menyayangiku, mengasihiku dan karena ada yang memperhatikanku. Walau kenyataan ini sangat berlawanan dengan hati kecilku’ selama bersamanya banyak waktu terbuang, setiap kali ku dekat berdua dengannya ku berharap ada seseorang yang mengganggu, setiap berdua ku harus menunduk dan setiap berdua ku selalu was-was takut jika Alloh akan kecewa denganku, karena telah berdua dengan seorang lawan jenis yang bukan muhrim. Memang selama ku jalan dengan Suci maupun Anez ku selalu menjaga jarak bahkan berpegangan tangan pun tak pernah. Anez adalah remaja yang enerjik, ceria dan berbakat sebagai anak band, bahkan pernah kusaksikan ia manggung dengan dandanan yang bagiku super amburadul, kenyataan itu baru ku ketahui akhir-akhir ini pergaulannya luas seperti remaja-remaja umumnya, dan pernah ku dengar dulu ia pernah bergabung dengan anak-anak Punk’ saat paling sulit saat berhubungan dengannya adalah ketika ia lontarkan kata-kata yang mengisyaratkan untuk memaksaku antara memilih syurga atau neraka’ kuingat sekali kata-katanya malam itu,
“kak Cip yuk…”
Ia minta untuk berciuman, dia telah menantang nafsuku’ yang selalu berkobar sebagai seorang pemuda, di luaran sana mungkin hal itu sudah biasa, justru si cowo lah yang memulai meminta mengajak kekasihnya untuk berciuman, sungguh ragaku ingin melakukannya tetapi imanku adalah tameng terkuat yang akan menghalanginya, tak akan membiarkan kesenangan sesaat itu merusak kalbu yang sedikit demi sedikit telah terisi cahaya iman ini. Setelah itu terdiamlah aku badan ini seketika mendingin dan menggigil, ya Alloh kutunggu malam’Mu ku ingin mengadu padaMu…
“ya Robbi… sesungguhnya apa yang ingin kau tunjukan padaku…”
“jika dengan dekatnya aku dan dia hanya untuk menjauhkan antara Aku dan Engkau sungguh ku tak ingin ya Alloh…”
“jika di dekatkannya aku dengan seseorang seperti pintaku dulu, hanya untuk mendekatkan ku kepada zina seperti ini, sungguh ku tak ingin… ”
“ku minta didekatkan dengan seseorang karena aku ingin tau bagaimana rasanya memiliki kekasih, ku pikir itu baik untuk’ku…”
“akan tetapi jika itu memang tidak kau Ridhoi ku menerima apapun yang engkau kenakan terhadapku…Ampuni hamba… maafkanah hambamu ini... ”
Dengan senyuman kusampaikan maksud hatiku, mulai hari itu hubungan kita adalah hubungan kakak adik’ hubungan saling mengingatkan dalam kebaikan, ku yakin ia dapat mengerti akan keputusan ku yang kini telah menjadi keputusan bersama, beberapa hari beralu Anez pun telah menunjukannya sebagai seorang adik’ tanpa pertemuan dan tanpa nafsu yang dilontarkannya lagi, ia lebih sering bertanya mengenai masalah bagaimana caranya menjadi wanita yang baik.
Akhirnya Ramadhan datang bulan yang kutunggu-tunggu, bulan ini aku sibuk mengaji kesana kemari’ beruntung ku kenal dengan seorang ketua Irmas (ikatan remaja masjid) dia Nanang, bersamanya kita sering muter-muter untuk mengaji. Menghadiri undangan ini dan itu… saat itulah puncak keimananku membahana kurasakan iman yang sesungguhnya’ sungguh bahagia tak ada bandingnya. Teringat kembali betapa kurasakan kebesaranNya sungguh-sungguh nyata bagiku, saat jum’at datang matahari telah sampai pada puncaknya panas sekali udaranya waktu telah menunjukan pukul 11.45 segera ku bersiap mandi dan mensucikan diri mempersiapkan Sholat jum’at, setelah usai mandi baju koko peci sudah terpakai tinggal cari sandal jepitku dimana tadi… bergegas ku beranjak terburu-buru takut terlambat dan tidak kebagian Shaf pertama karena berada di Shaf pertama adalah suatu keharusan bagiku jika tidak akan ada penyesalan nantinya di hati, tiba-tiba ibu kost memanggilku
“tolongin itu jemuran diangkati sudah pada kering…”
Berat sekali sebenarnya ku untuk menerima permintaan ibu kost itu, ini sudah telat nanti bagaimana jika ku tak di Shof pertama. Satu angkatan, dua angkatan dan akhirnya tiga angkatan jemuran ku selesaikan, terpogoh-pogoh ku berjalan menuju mesjid yang berjarak 100 meteran, benar saja masjid sudah penuh sesak bahkan di serambi luarnya di pasang tikar untuk orang-orang agar dapat tetap sholat, bagaimana ini…, ku berdiri dari tadi sejak sampai sambil berdoa semoga saja masih ada tempat untukku’ iqomah telah dikumandangan dengan segera ku mencari celah untuk mendapatkan tempat, satu shof di depanku ada satu yang kosong maju ku segera mengisinya, satu didepanku kosong lagi begitulah seterusnya… Subahanalloh…, ku maju satu demi satu shaf bagaikan disediakan jalan tol khusus untukku dan akhirnya ku berada di Shaf pertama di belakang imam bagian kanan. Di situlah ku merasakan CintaNya sungguh nyata’ ku ingin selalu dekat denganNya maka Ia menerimaku didekatNya. ku ingin merasakan bahagia ini lebih lama bahkan selamanya semoga Alloh meridhoinya.
sampailah pada keinginanku, Ia akan membawa kemana langkahku kini…’ ba’da Ashar dengan mengenakan baju koko ku kayuh sepeda entah kemana aku kini? Aku tak tau ku ingin serahkan semua kepadaNya… seolah ada petunjuk ku harus lewat jalan ini’ berbeloklah sekarang ke kanan begitulah hingga waktu Maghrib tiba segera ku cari Masjid terdekat sampai ku di masjid Agung berbuka dengan satu tegukkan air hmmm… tak apalah bagiku, seseorang tiba-tiba menawariku untuk berbuka di rumahnya, ku terima ajakan itu’ ternyata lelaki tua itu adalah imam masjid. ku tak pernah berfikir bagaimana nanti ku berbuka, setelah Isya kulanjutkan perjalanan gelapnya malam tanpa lampu jalan pohon-pohon dikanan kiri bukit seolah menari- nari membuat bulu kudukku merinding, bunyi desis angin malam berhembus dingin sekali malam ini terdengar suara nyiur ombak disana…,ternyata benar ini pantai sebuah pantai yang indah hamparan pasir nan luas ditemani cahaya malam. Di sinilah ku berhenti merenungkan kembali masuk jauh ke masa lalu ke hari-hari sebelum ini. Jika Alloh menyukai hambanya maka hamba itu akan ditunjukanNya sesuatu.
Kebumen, 28 Agustus 2010